Senin, 20 Juni 2016

Ibu yang Terkena Razia Warung Makan, Akhirnya Mendapatkan Bantuan Rp265 Juta dari Netizen dan Dapat Bantuan 10 Juta dari Presiden Jokowi


Ibu yang Terkena Razia Warung Makan, Akhirnya Mendapatkan Bantuan Rp265 Juta dari Netizen dan Dapat Bantuan 10 Juta dari Presiden Jokowi

Ibu Penjual Nasi Dapat Bantuan 10 Juta dari Presiden Jokowi





Melalui gerakan cepat tanggap dari netizen, ibu yang terkena razia warung makan mendapat bantuan uang Rp 265 juta.

Toleransi antar umat beragam di Indonesia kembali terusik. Baru-baru ini, netizen dibuat heboh oleh seorang ibu pemiliki warung makan di Serang, Banten, yang menangis ketika dagangannya terpaksa disita oleh aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) karena melanggar aturan larangan warung buka di siang hari selama bulan Ramadan. Razia warung makan ini memang sesuai dengan peraturan daerah yang ada di kota Serang di mana peraturan tersebut melarang warung makan untuk buka di siang hari selama bulan suci Ramadan untuk menghormati orang berpuasa.

Ibu pemilik warung makan yang dirazia oleh Satpol PP ini terlihat histeris ketika semua dagangannya harus disita oleh aparat. Bahkan tangisan sang ibu untuk memohon dagannya tidak diangkut, dihiraukan begitu saja oleh aparat.



Sontak video razia warung makan ini menjadi viral di dunia maya, khususnya di Facebook dan Twitter. Netizen pun berbondong-bondong menanggapi video razia warung makan tersebut. Mayoritas netizen menganggap jika perlakukan aparat Satpol PP kota Serang dalam melakukan razia warung makan di siang hari selama bulan Ramadan dirasa terlalu berlebihan. Apalagi dalam video tersebut terlihat bagaiama seorang ibu yang dirazia menangis histeris ketika mata pencahariannya harus direnggut.


Bentuk bukti dukungan yang diberikan netizan kepada seorang ibu yang terkena razia warung makan tersebut adalah dengan adanya penggalangan dana yang diinisiatif oleh Dwika Putra lewat akun twitternya @dwika. “Sebenarnya kemarin saya lihat (video) di Facebook. Kemudian pas malam buka Twitter, ramai diomongin. Jadinya timeline penuh bicarakan itu. Pukul 24.00 WIB kurang kemarin, saya langsung cari ATM buat kosongin rekening saya, saya sisakan Rp400.000. Saya share nomor (rekeningnya) kalau ada yang mau donasi untuk ibu itu silahkan,” Ujar Dwika kepada Kompas TV.

Bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti @ACTforHumanity dan @kitabisacom, penggalangan dana ini cepat mendapat respon dari netizen. Tak kurang hingga hari Minggu kemarin, sudah ada 2.427 penyumbang yang mencapai total Rp265.534.758. Dwika pun cukup kaget melihat antusias netizen dalam membantu seorang ibu yang terkena razia warung makan tersebut. Dengan uang yang bisa dibilang cukup banyak, Dwika berinisiatif untuk membantu pedagang-pedagang lain yang mengalami nasib sama dan berhak mendapatkan bantuan juga.

razia warung makan 1

Tak hanya dari kalangan netizen, bantuan tehadap ibu pedagang warung makan yang terkena razia juga datang dari Presiden Joko Widodo. Presiden memberikan bantuan uang tunai sebesar Rp 10 juta yang diwakilkan oleh dua orang utusan Presiden pada Minggu siang. Presiden Joko Widodo berpesan melalui dua utusannya, agar uang tersebut dipergunakan membayar utang-utang yang digunakan untuk biaya modal dagang sehari-hari.


Walikota Serang, Tubagus Haerul Jaman mengakui jika razia warung makan tersebut adalah sebuah kesalahan. “Menurut kami ketika Satpol PP sendiri menutup warung itu sudah betul. Tapi ada salah prosedur yaitu ketika ada pengangkutan barang dagangan. Seharusya tidak begitu,” ujar Tubagus

Tentunya banyak pro kontra yang mengiri kasus polemik apakah warung makan boleh buka siang hari saat bulan suci Ramadan.

dari Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid pun merasa razia tempat makanan harus lebih dipertimbangkan dengan matang. Tak seharusnya razia warung Tegal (warteg) dilakukan dengan cara yang vulgar, hingga merugikan orang lain.



"Yang pertama kan ada surat edarannya kan dari pemda jadi memang semestinya semua harus dipertimbangkan. Ya mempertimbangkan baik yang makan sama yang punya warung pun juga, tapi caranya juga jangan vulgar kaya gitu ya kasihan ibu-ibunya," ucap Hidayat di Jl Kemang Selatan Raya, Jakarta Selatan, Sabtu (11/06/2016).

Hidayat menjelaskan, tak semestinya petugas Satpol PP mengambil barang-barang dagangan termasuk makanan yang dijual saat merazia tempat makanan. Mereka harusnya memberikan kesempatan bagi pengunjung dan penjual untuk menjelaskan, alasan kenapa masih berjualan.

"Mestinya cukup dihentikan saja, barang-barangnya jangan disita jangan diambil. Berikan penjelasan, termasuk yang sedang makan juga harus memberi penjelasan kalau emang dia non-Muslim ya berarti dia punya hak untuk tetap makan. Tapi kalau dia Muslim harus dingatkan dengan keras kok makan di siang hari," jelas Hidayat.

Hidayat merasa sikap saling menghormati dan toleransi dalam kerukunan beragama harus tetap dijunjung. "Harus saling menghormati yang Muslim menghormati yang non-Muslim, begitu pula yang non juga menghormati yang Muslim. Dan saya kira posisi itu dimungkinkan di Indonesia," imbuhnya.

Hidayat menilai sikap aparat petugas yang melakukan penyitaan terlalu kasar untuk dilakukan. "Satpol PP main angkut bakul nasi dibawa kabur menurut saya terlalu zalim. Kalau mau ditutup ya ditutup saja tidak perlu ada penyitaan seperti itu, yang jual kan Muslimah juga, jadi enggak perlu begitu," pungkas Hidayat.
Nah, bagaimana tanggapan kamu mengenani kasus ini? Utarakan pendapatmu di kolom komentar ya!














0 komentar:

Posting Komentar